Pola pendidikan pondok pesantren yang merupakan sistem asrama (boarding house) mengajarkan pada para santri hidup secara mandiri, sederhana, kreatif dan berorientasi pada karya. Pola hidup khas pondok pesantren seperti ini memberikan dampak positif ketika para santri mengikuti pendidikan kesetaraan. Karena sistem metedeologi dan pendekatan yang digunakan pada pendidikan kesetaraan sepenuhnya sama dengan yang diterapkan pada pondok pesantren. Selain memberikan pengetahuan umum dan agama, pendidikan kesetaraan pondok pesantren memberikan bekal kepada para santri kecakapan hidup yang meliputi kecakapan pribadi, kecakapan intelektual, kecakapan sosial dan kecakapan vokasional. Sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk mengembangkan kecakapan komprehensif, kompetitif dan mendorong agar para santri mampu mengimplementasikan pengetahuan dan kecakapannya dalam berkarya. Pembelajaran yang diimplementasikan dalam karya laksana buah dari “pohon ilmu”. al-‘Ilm bila> ‘amal ka al-shajar bila> thamar. Ilmu tak diiringi dengan karya, ibarat pohon yang tak menghasilkan buah.18)
Pendidikan yang memberi motivasi untuk berkarya akan memacu seseorang santri untuk belajar dan mereguk pengetahuan sebanyak mungkin. Karena dengan pembelajaran dan pengetahuan yang didapatkan, ia bisa membuat karya sebaik mungkin. Setiap santri akan memiliki sikap positif untuk berlomba-lomba memperoleh kesuksesan. Baik sukses secara materi maupun sukses secara spiritual agama. Maka, dengan sendirinya para santri tumbuh dengan memiliki jiwa achievement, yaitu mental untuk selalu mencapai prestasi tertinggi dengan memberikan karya terbaik.19)
Untuk memilliki suatu karya terbaik, tentu saja tidak mudah untuk meraihnya. Tentu memiliki pola pengembangan dalam belajar agar santri bisa berfikir secara rasional. Dan tentunya para santri harus memiliki semangat yang tinggi untuk menciptakan suatu karya yang terbaik. Para santri juga dididik agar menjadi seorang yang terampil, informal leader, berorientasi keahlian, inventif dan kreatif.