Mukmin adalah orang yang mengakui secara sadar bahwa dirinya adalah Hamba Allah swt semata, disaat yang sama musti mengakui dan sadar bahwa hidupnya dan matinya hanya untuk menghambakan diri (ibadah) kepada Allah swt yang Maha mengatur semua jagad (innasholati, wanusuki, wamakhyaya, mamati lillahirobbil `alamin). oleh karena itu pelaksanaan tanggung jawab sebagai kholifah di bumi, yang diwujudkan dengan ‘imarotul ardhi yaitu mengalola, mengembangkan dan melestarikan bumi demi membarikan kebaikan kepada orang lain, (manusia terbaik adalah manusia yang memberikan kebaikan kepada orang lain) dilaksanakan seorang mukmin, sebagai perwujudan dan peneguhan jati dirinya sebagai hamba Allah swt semata.
Perlu garis bawahi, bawah `imarotul ardhi demi memberikan kebaikan sebanyak-banyak kepada orang lain, adalah misi agung dan suci, karena datang dari Allah yang Maha Agung dan Suci. Misi ini hanya bisa dilakukan oleh orang -orang yang punya kepribadian “ agung dan suci “ Merupakan perwujudan dari rahmat Allah swt. disamping menurunkan perintah misi `imarotul ardi, (ibadah sosial) disaat yang sama Allah swt juga menurunkan perintah penggemblengan diri, lahir batin demi membentuk kepribadian yang agung dan suci (sholehiin, mutaqin ) yaitu dengan ibadah-ibadah ritual (ibadah personal) seperti sholat, dzikir, doa, dll. Baik yang sifatnya wajib mupun sunnah. Tidak cukup hanya sampe disitu, demi kesuksesan misi tersebut, Allah juga menurunkan larang-larang yang dapat merusak dan menghancurkan misi baik ‘imarotul ardhi maupun kepribadian yang agung dan suci, seperti : sombong, mabuk dunia dan jabatan, mabuk pujian, marah, permusuhan (adudomba) balas dendam, bohong, monopoli, riba, dll.
Dalam mewujudkan dan meneguhkan penghambaan diri (ibadah) kepada Allah swt, dalam menjalankan misinya `imarothul ardhi, dalam arti mengelola, mengembangkan dan meletarikan bumi demi membarikan kemaslahatan sebanyak-banyaknya kepada orang lain, tentunya diletakkan dalam kejelasan kerangka dan formulasi dalam proyeksi yang disesuaikan dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki (la yukallifuallahu nafsan illa wus`aha). Perlu digaris bahwi bahwa, nasionalisme (wathoniyah) cinta tanah air, merasa memiliki tanah air adalah termasuk dalam deminse kekuatan dan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, tanggung jawab dan kesadaran untuk terlibat dan berperean serta aktif dalam kemajuan bangsa dan negara merupakan perwujudan dan penghambaan diri kepada Allah swt.
Jadi, terlibat dan berperan aktif dalam pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara, sebelum menjadi hak setiap warga negara repoplik indonesia, adalah merupakann kewjiban sekaligus perwujudan logis sebagi seorang yang beriman. Oleh sebab itu, ketirlibatan dan berperan aktif dalam perencanan, pelaksanaan dan pengendalian pembanguan bangsa dan negara agar tetep berada dalam jalan rahmat Allah swt. Adalah perwujudan dari penjagaan harkat dan martabat manusia yang beriman yaitu penghambaan diri (ibadah) kepada Allah swt.
KH. Sholahuddin Masruri : Pengasuh PP. Al Hikmah 2 Benda